Avenue of Baobabs, Madagaskar (Foto: Instagram @lianne_ashton via Kumparan) |
INDEPHEDIA.com - Republik Madagaskar merupakan sebuah negara pulau di Samudra Hindia, berada di lepas pesisir timur Afrika.
Negara pulau terbesar keempat di dunia, setelah Greenland, New Guinea dan Borneo (Kalimantan) ini juga negara kepulauan terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.
Di Madagaskar sendiri ada banyak jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan yang langka, unik dan ada yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia.
Flora dan fauna khas Madagaskar itu, di antaranya lemur, pohon baobab, sikas kuno, pakis raksasa dan lain-lainnya.
Ditemukan Marco Polo
Sejarah mencatat, Pulau Madagaskar ditemukan oleh Marco Polo, saudagar sekaligus petualang dan penulis asal Venesia. Keberadaan Madagaskar juga disebutkan dalam tulisannya.
Meski demikian, orang Eropa pertama yang diketahui mengunjungi pulau itu bernama Diogo Dias, seorang navigator Portugis tahun 1500.
Ia menyaksikan keberadaan pulau itu pada 10 Agustus 1500, setelah angin menghempaskan kapalnya ke luar haluan dalam perjalanannya menuju India.
Tahun 1883, bangsa Perancis menginvasi Madagaskar dan tahun 1896 menguasai pulau yang kelak menjadi koloni Perancis serta menjadikan bahasa Prancis sebagai bahasa resminya.
Perancis memanfaatkan Madagaskar sebagai sumber untuk memperoleh kayu dan rempah-rempah eksotis, seperti vanili.
Bangsa Malagasi pernah dua kali melakukan pemberontakan besar melawan bangsa Perancis, yakni pada tahun 1918 dan 1947.
Akan tetapi, Madagaskar baru memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 26 Juni 1960 dan menjadi negara Republik Madagaskar.
Nenek Moyang dari Indonesia
Madagaskar pertama kali ditinggali pada pertengahan abad pertama oleh orang Austronesia, lalu para migran bantu atau kelompok etnis di Afrika.
Etnis di Afrika ini melintasi Selat Mozambik dari Afrika Timur dan mereka menetap bersama orang Austronesia sekitar abad ke-9 Masehi.
Di era itu pula pedagang Arab tiba di lokasi, ketika para saudagar mulai berdagang di sepanjang pantai utara.
Pemukim pertama di Madagaskar yang disebut orang Austronesia itu ternyata keturunan dari Indonesia.
Dari sejumlah literasi menyebut, orang-orang dari Nusantara itu datang ke Madagaskar berabad-abad lampau lewat ekspedisi kapal.
Ahli biologi molekuler Universitas Massey Selandia Baru, Murray Cox mengatakan, sekitar 30 perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar sekitar 1.200 tahun silam.
Hasil penelitian tersebut didapat dari analisis DNA mitokondria, yang memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya.
DNA yang diambil dari 266 orang dengan 3 etnis berbeda yang bermukim di Madagaskar ini, dicari kromosom turunan garis ibunya.
Hasilnya, pada salah satu etnis yang diambil kromosomnya, setengahnya memiliki karakteristik gen yang dimiliki penduduk Polinesia dan sedikit Indonesia bagian barat.
Ini menandakan jika hasil tersebut benar, maka kurang lebih 30 perempuan Indonesia menjadi cikal bakal dari penduduk Malagasi.
Studi ini hanya mendasarkan penelitian dari garis keturunan ibu, sehingga tak tertutup kemungkinan ada laki-laki Indonesia juga yang berada di sana ketika itu.
Simulasi menunjukkan, kemungkinan rute yang menyebabkan para wanita ini bisa sampai ke Madagaskar melalui jalur perdagangan yang dirintis oleh Kerajaan Sriwijaya.
Bukti lain yang menunjukkan penduduk Madagaskar memiliki garis keturunan dari Indonesia adalah dialek dalam bahasa.
Beberapa jenis huruf di Madagaskar mirip dengan bahasa Melayu, Jawa atau pun Sansekerta.
Peralatan sehari-hari yang digunakan pun sedikit banyak punya kemiripan dengan yang dipakai oleh masyarakat kuno Indonesia.
Begitu juga bentuk keperluan sehari-hari, seperti perahu cadik, alat musik seperti gambang dan beberapa jenis masakan.
Selain itu, kemiripan bahasa Malgache (Malagasi) yang digunakan oleh masyarakat Madagaskar juga menjadi salah satu tanda lainnya.
Terdapat beberapa unsur dalam Malgache yang mengarah ke Celebes (Sulawesi), terutama suku Bajo dan Bugis, yang dikenal sebagai pelaut handal dari Indonesia.
Karenanya, tak heran banyak yang kemudian mengaitkan keberadaan nenek moyang masyarakat di Madagaskar dengan orang Indonesia. (*)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.