Prasasti Kerajaan Kutai yang dituliskan dengan aksara Pallawa Awal berbahasa Sanskerta yang disimpan di Museum Nasional. (Sumber Foto: Intisari.grid) |
INDEPHEDIA.com - Berdasarkan sumber-sumber tertulis yang ditemukan, aksara Pallawa banyak mempengaruhi perrkembangan aksara di Indonesia.
Aksara Palawa --ditulis Pallawa atau Pallava--- sebuah aksara yang berasal dari India bagian selatan dengan bahasanya yang bernama bahasa Sanskerta.
Aksara ini muncul dari aksara Brahmi, yakni aksara India Kuno yang berkembang pada pertengahan milenium pertama sebelum masehi (SM).
Istilah aksara Pallawa awalnya dipakai oleh Nicolaas Johannes Krom, seorang orientalis, epigrafis, arkeolog, peneliti sejarah awal dan budaya tradisional Indonesia asal Belanda.
Salah satu tulisannya yang pernah lama menjadi acuan mengenai sejarah kuno Indonesia adalah Hindoe-Javaansche Geschiedenis (1926).
Nama aksara ini sendiri berasal dari Dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India atau sekitar Madras antara abad ke-4 sampai abad ke-9 Masehi.
Aksara Pallawa menyebar ke Asia Tenggara dan dipakai antara lain untuk menuliskan Bahasa Melayu Kuno.
Dalam penelitian keaksaraan, aksara Pallawa teridentifikasi terdapat di Funan, Campa, Kamboja, Sunda, Jawa, Kalimantan Timur dan Sumatera.
Di Tanah Air, melalui aksara Pallawa telah banyak memberikan sumbangsih terhadap pengetahuan sejarah dan keberadaan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Aksara Pallawa pertama ditemukan di Indonesia pada Prasasti Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur, dan Purnawarman di Jawa Barat di abad ke 5 Masehi dengan bahasa Sanskerta.
Selain itu, Prasasti Sriwijaya di abad ke 7 Masehi juga menggunakan aksara Pallawa tetapi berbahasa Melayu Kuno.
Dalam perkembangannya, aksara tersebut mengalami proses adaptasi dengan unsur budaya lokal, mengalami perkembangan dan perubahan bentuk.
Aksara Pallawa lambat laun berubah bentuk menurunkan aksara Kawi atau Jawa Kuno yang relatif mirip dengan induknya, aksara Pallawa.
Temuan naskah-naskah kuno di daerah Sumatera, seperti di Sumatera Utara (Batak), Kerinci, Bengkulu dan Lampung, pada umumnya ditulis di kulit kayu dan bambu.
Sedangkan, di Sulawesi, seperti Bugis dan Makassar maupun di Filipina ditulis di daun lontar yang mudah lapuk dan keawetannya ada batasnya.
Karena bahan penulisan aksara itu berasal dari bahan-bahan yang ada masanya rapuh hal ini menimbulkan kesulitan dalam penelusuran asal dari aksaranya.
Meski demikian, diduga kuat semua aksara Nusantara di luar Jawa dan Bali berasal dari sumber yang sama.
Sumber aksara tersebut dianggap berada di kawasan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Tak hanya itu, sebagai bahasa tulisan aksara Pallawa di Sumatera khususnya lebih lama digunakan.
Penemuan tulisan asli Nusantara dan Asia Tenggara yang bersumber dari aksara Pallawa dibagi menjadi lima kelompok aksara.
Kelima kelompok aksara itu, yakni aksara Batak, aksara Hanacaraka, aksara Ka Ga Nga (Kaganga) atau Surat Ulu, aksara Sulawesi dan aksara Filipina. (*)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.