Benteng peninggalan zaman kolonial Belanda yang dibangun tahun 1825 ini berada di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
INDEPHEDIA.com - Salah satu objek wisata sejarah yang terkenal di Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), bernama Benteng Toboali.
Benteng peninggalan zaman kolonial Belanda yang dibangun tahun 1825 ini berada di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali.
Letak benteng ini berada di dataran tinggi atau bukit di ujung Kota Toboali, yang langsung menghadap ke pantai dengan ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan laut.
Benteng tersebut dibangun guna melindungi dan menjaga kepentingan Belanda terhadap penambangan timah.
Benteng tersebut dibangun guna melindungi dan menjaga kepentingan Belanda terhadap penambangan timah.
Berdasarkan fakta sejarah diketahui, timah di Bangka ditemukan pertama kali tahun 1709 pada penggalian di Sungai Olin Kecamatan Toboali oleh orang-orang dari Johor.
Posisi bangunan benteng sangat strategis. Di sebelah Selatan benteng terlihat Laut Jawa dan agak ke sebelah barat terdapat pelabuhan Bom Pendek.
Posisi bangunan benteng sangat strategis. Di sebelah Selatan benteng terlihat Laut Jawa dan agak ke sebelah barat terdapat pelabuhan Bom Pendek.
Dahulu, pelabuhan ini terlihat lebih ke arah Timur. Hal ini ditandai adanya bekas bangunan dermaga kapal di lokasi tersebut.
Saat ini, kondisi bangunan benteng sendiri terlihat sudah tidak utuh lagi. Bahkan, ada sebagian bangunan yang ditumbuhi pohon dan dibelit akar pohon.
Saat ini, kondisi bangunan benteng sendiri terlihat sudah tidak utuh lagi. Bahkan, ada sebagian bangunan yang ditumbuhi pohon dan dibelit akar pohon.
Hal ini pula yang menjadi daya tarik dari benteng tua Toboali dan menjadi spot swafoto favorit para pengunjung. (WS.IN/*)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.