Makan terlalu dekat dengan waktu tidur disebut-sebut dapat membahayakan tubuh.
INDEPHEDIA.com - Sehabis makan reaksi yang muncul salah satunya rasa kantuk. Tapi, jangan buru-buru, tunggu dulu. Makan terlalu dekat dengan waktu tidur disebut-sebut dapat membahayakan tubuh. Kemungkinan ini semakin besar jika Anda makan terlalu banyak atau makan makanan tertentu yang menyebabkan rasa mulas.
Beri dulu jeda waktu yang diperlukan untuk tubuh 'beradaptasi' dengan makanan yang masuk sebelum Anda bisa tidur. Nah, National Sleep Foundation merekomendasikan Anda untuk menunggu setidaknya 2-3 jam setelah makan untuk tidur.
Jadi, kalau habis makan jangan langsung tidur ya, beri waktu tunggu beberapa jam. Kebiasaan ini memungkinkan proses pencernaan tetap terjadi dengan lancar setidaknya sampai makanan yang Anda konsumsi sampai ke usus dan mengurangi kemungkinan munculnya sakit mag.
Di samping itu, membiasakan diri untuk menunggu setelah makan untuk tidur tak hanya membantu mencegah penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan lho, tetapi juga penyakit lain termasuk stroke. Memberikan waktu bagi perut minimal 60-70 menit untuk mencerna makanan diklaim bisa mengurangi risiko stroke.
Ahli gizi dari University of Ioannina, Cristina-Maria Kastorini, MSc, di Yunani mengatakan, jika seseorang langsung tidur setelah makan malam maka orang tersebut rentan mengalami refluks asam lambung. Kondisi ini menyebabkan asam lambung naik menuju kerongkongan dan memicu rasa tidak nyaman.
Saat tidur, refluks bisa memicu penyempitan saluran napas dan sleep apnea sehingga rentan mengalami henti napas saat tidur. Meski tidak memicu stroke secara langsung, berbagai penelitian membuktikan bahwa sleep apnea berhubungan dengan risiko kerusakan pembuluh darah di otak yang memicu stroke.
Sementara, ahli jantung dari Mayo Clinic, David Holmes, MD sependapat bahwa langsung tidur setelah makan malam dapat meningkatkan risiko stroke. Namun, untuk memastikannya, butuh penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar.
"Saat kita makan, kadar gula darah berubah, kolesterol berubah dan aliran darah juga berubah. Semua itu memengaruhi risiko stroke," ungkap Holmes seperti dikutip dari Web MD. (LS/R-04)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.