Dengan mengusung tema "Cultural Values", direncanakan ada lebih dari 20 peragaan busana yang melibatkan sekitar 200 perancang untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka di Indonesia Fashion Week (IFW) 2019.
JAKARTA, INDEPHEDIA.com - Mengangkat budaya Kalimantan, perhelatan Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 salah satu ajang tahunan fesyen yang diselenggarakan Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) akan digelar pada 27-31 Maret mendatang di Jakarta Convention Center (JCC).
"IFW ingin selalu memiliki setiap ikon setiap provinsi di Indonesia. Tahun lalu NTT, dari 22 kabupaten kami ekspos kain. Tahun ini Borneo. Borneo sangat kaya, hutan," ujar Presiden IFW, Poppy Dharsono, dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Dengan mengusung tema "Cultural Values" dan sudah memasuki tahun kedelapan ini nantinya direncanakan ada lebih dari 20 peragaan busana yang melibatkan sekitar 200 perancang untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka di ajang itu.
Dalam IFW 2019 tak melulu busana, desain tempat penyelenggaraan acara, beserta ikon model, akan menyuguhkan ciri khas Kalimantan. Mulai dari flora, fauna hingga kekayaan alama lain di kawasan tersebut.
"Seluruh desain tempat penyelenggaraan IFW 2019 hingga busana, para ikon model, flora dan fauna yang merupakan ciri khas Kalimantan yang digunakan desainer sebagai sumber inspirasi dan imajinasi rancangan mereka, sehingga budaya Kalimantan dapat makin dikenal luas," kata Poppy.
Untuk karya busana mereka, para perancang juga bekerja sama dengan para pengrajin lokal. Ragam kekayaan budaya Indonesia telah menjadi salah satu kontributor bagi perkembangan pesat industri fesyen Indonesia.
Dia berharap khasanah warisan budaya nusantara yang IFW usung bisa menjadi salah satu peluang untuk mempromosikan kekayaan budaya dan wisata Indonesia ke mancanegara. (***)
No comments:
Write commentSiapapun boleh berkomentar, tetapi secara bijaksana dan bertanggung jawab. Biasakan berkomentar dengan nama yang jelas. Berkomentar dengan UNKNOWN atau SPAM akan dihapus. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu komentator seperti yang diatur dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) maupun perundang-undangan yang berlaku.